Minggu, 27 Februari 2011

Pemanfaatan biji kelor sebagai alternatif penjernih air sungai untuk di konsumsi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Lebih dari dua pertiga permukaan Bumi adalah perairan. Namun dari sekian
Banyak sumber daya  air di bumi tidak dapat digunakan langsung untuk kepentingan manusia. Harus melalui pengolaan air untuk menjadi air bersih atau air minum.Air khususnya air minum merupakan salah satu kekayaan yang mutlak dibutuhkan manusia guna menopang kelangsungan hidup. Di beberapa daerah pedalaman dan pedesaan terbatasnya air bersih membuat air sungai sering di gunakan untuk kepentingan keluarga sehari-hari, seperti mencuci, mandi, dan bahkan untuk di konsumsi.
            Akan Tetapi, berdasarkan penelitian dari berbagai sumber, air sungai sangat kotor dan mengandung bakteri Esheciria Coli . kondisi tersebut semakin parah apabila musim hujan tiba, disebabkan adanya partikel padatan Lumpur, mikroba serta berbagai kuman yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit, salah satunya adalah  diare.
            Karena alasa tersebut, sebelum air sungai di gunakan untuk memenuhi keperluan keluarga, perlu di bersihkan lebih dahulu dengan cara di endapkan ke bawah dan sangat di perlukan tindakan untuk memusnahkan sebanyak mungkin bahan-bahan pencemaran yang terbawa, sehingga air sungai layak untuk di konsumsi. Namun bahan kimia yang baik untuk menjernihkan air sungai dan mematikan bakteri-bakteri yang terkandung di dalamnya sangat sulit untuk di  jumpai, andaipun ada pasti harganya tidak terjangkau oleh masyarakat setempat.
            Ini membuat kita kembali ke konsep back to nature, yaitu memanfaatan biji yang berasal dari tanaman kelor ( Moringa Oleifera ) yang banyak di temukan di daerah-daerah pedesaan. Tanaman kelor sering di kenal sebagai jenis tanaman yang sudah di budidayakan. Memiliki daun majemuk yang menyirip ganda dan membemtuk oval kecil Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan serta memiliki buah yang panjang dan bersudut-sudut pada sisi-sisinya atau masyarakat Jawa lebih mengenalnya dengan sebutan klentang.
  Seiring dengan hal tersebut Penulis ingin mengetahui sejauh mana  mengetahui sejauh mana biji kelor ( Moringa Oleifera ) dapat di gunakan sebagai alternative penjernih air untuk di konsumsi.Maka di temukan suatu bahan alami yang tidak berbahaya,Memiliki nilai ekonomis dan tentunya dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber hayati Indonesia.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang tersebut, maka Rumusan Masalah yang penulis angkat adalah sebagai berikut :

v     Apakah Biji Kelor ( Moringa Oleifera ) dapat di manfaatkan sebagai bahan alternative penjernih air sungai untuk di konsumsi ?
v     Bagaimana cara pemanfaatan Biji Kelor ( Moringa Oleifera ) sebagai bahan alternative penjernih air sungai untuk di konsumsi?
v     Mengapa Biji Kelor ( MoringaOleifera ) dapat di manfaatkan sebagai bahan alternative penjernih air sungai untuk di konsumsi ?

1.3 Pemecahan Masalah
Dalam karya ilmiah ini, penulis tidak akan membahas secara detail tentang biji kelor dan manfaat lain dari biji kelor dikarenakan keterbatasan ruang dan gerak. Namun penulis akan membahas tentang pemanfaatan biji kelor sebagai bahan alternatif penjernih air sungai untuk dikonsumsi. Serbuk biji kelor dalam hal ini dapat mematikan bakteri Eshericia coli, mengabsorbsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam Fe, Cu, dan Mn.


1.4  Tujuan Penelitian

v     Untuk mengetahui apakah Biji Kelor ( Moringa Oleifera ) dapat di manfaatkan sebagai bahan alternative penjernih air sungai untuk di konsumsi.
v     Untuk mengetahui cara pemanfaatan Biji Kelor ( Moringa Oleifera ) dapat di manfaatkan sebagai bahan alternative penjernih air sungai untuk di konsumsi.
v     Untuk mengetahui kandungan Biji Kelor ( Moringa Oleifera ) dapat di manfaatkan sebagai bahan alternative penjernih air sungai untuk di konsumsi.

1.3  Manfaat Penelitian

v     Bagi Penulis :
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang cara memanfaatan Biji Kelor ( Moringa Oleifera )sebagai bahan alternative penjernih air sungai untuk di konsumsi
v     Bagi Masyarakat:


a.       Memperkenalkan biji kelor sebagai alternative pengelolaan air sungai yang kotor
b.      Menghemat biaya pengelolaan air sungai yang kotor , karena biji kelor harganya relative lebih murah dan mudah di dapat.
v     Bagi Lingkungan :
Mengoptimalkan penggunaan sumber daya hayati Indonesia.
































BAB II
LADASAN TEORI

2.1 Tumbuhan Kelor
           
Kelor (Molinga olifera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketinggian batang 7-11 meter. Di Jawa, kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena  berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas pemukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segitiga memanjang berwarna hijau dan keras panjangnya 30 cm yang disebut klentang (Jawa). Sedangkan getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa).
            Budidaya tanaman Moringa atau kelor memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim yang panjang. Cepat tumbuh sampai ketinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun daari stek, bahkan bila ia ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur. Sehingga baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami musim kekeringan yang panjang (Kharistya, 2006).

2.2 Biji Kelor Endapan Partikel Logam
           
Biji buah kelor (Moringan oliefera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengabsorbsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air. Serbuk biji buah kelor ternyata juga cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih. Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun menjadi 0,13 mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu 0,3 mg/l dan standar baku mutu air bersih 1,0 mg/l. Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/l menjadi 0,12 mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dan kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04 mg/l, telah
memenuhi standar  baku mutu air minum dan air bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l (Tanpa Nama 2002).

2.3 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kelor
            Dalam sistematika taksonomi tanaman kelor di klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom          : Plantae
Divisio              : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Ordo                : Brassicales
Famili               : Moringaceae
Genus               : Moringa
Spesies : Moringa Oleifera

2.4 Pembahasan
Air dan sumber air adalah salah satu kebutuhan yang vital bagi manusia dan makhluk hidup lainya, air khususnya air minum merupakan kebutuhan dasar manusia yang terpenting. Di beberapa daerah di pedalaman dan pedesaan keterbatasan air bersih membuat air sungai kerap untuk di jadikan kebutuhan sehari –hari dari mencuci, mandi bahkan masak dan minum.
            Mereka tidak mentadari bahwa air sungai sangat kotor dan mengandung bakteri Esheciria Coli dan beberapa loga berat lainya.Mereka hanya mengendapkan air sungai sebelum memasak tanpa menambahkan zat-zat koagulan dan pembunuh bakteri yang terdapat pada air sungai. Sehingga apabila warga salah memproses air saat memasak maka akan mengakibatkan sakit perut. Karena alas an tersebut, di upayakan bahwa sebelum air sungai di gunakan untuk keperluan keluarga sangat di perluka tindakan untuk memusnahkan sebanyak mungkin bahan- bahan  pencemar yang terbawa. Namun zat kimia penggumpal yang baik tidak mudah di jumpai di berbagai daerah terpencil, jika hal tersebut ada pasti harganya tidk terjangkau oleh masyarakat setempat.  
Hal tersebut yang mendasari kami memanfaatkan biji dari tanaman kelor. Tanaman kelor dikenal sebagai jenis tanaman sayuran yang mudah diperoleh, tanaman kelor dapat tumbuh dengan cepat sekali baik dari biji maupun di stek, bahkan bila di tanam di tanah yang gersang.
            Adapun cara pemanfaatan biji kelor untuk pengelolaan air sungai yaitu biji kelor yang akan di gunakan untuk koagulan alami di biarkan sampai matang atau tua di pohon, baru di panen setelah kering. Kupas biji dari kulitnya, biji tak berkulit tersebut di hancurkan dan di tumbuk hingga halus. Jumlah bubuk biji kelor yang di perlukan untuk pembersihan air bagi keperluan rumah tangga sangat tergantung pada jumlah kotoran
yng terdapat di dalamnya. Untuk menangani air sebanyak 20 Liter( 1 jerigen )di perlukan jumlah bubuk biji kelor 2 sendok teh ( 5 ml) tambahkn sedikit air bersih ke dalam bubuk biji sehingga menjadi pasta. Letakkan pasta ke dalam botol yang bersih. Dan tambahkan ke dalamnya 1 gelas air bersih ( 200 ml). Lalu kocok selama lima menit hingga tercampur semuanya. Dengan cara tersebut terjadilah aktifitasi senyawa kimia, yang terdapat pada bubuk biji kelor. Saringlah larutan yang tercampur melalui kain kasa dan filtrasinya di campurkan ke dalm air semanyak 20liter (1 jurigen) yang telah di siapkan sebelumnya. Dan kemudian aduk selama 10-15 menit. Selama pengadukan butiran biji yang telah di larutkan akan mengumal partikel padatan dalam air dan mikroba dan kuman penyakit yang terdapat di dalamnya sehingga membentuk gumpalan besar yang mudah tenggelam mengendap ke dasar air. Setelah kotoran mengendap air bersihnya dapat di tuangkan dengan hati-hati agar endapanya tidak tercampur lagi. Air dari proses ini di gunakan untuk keperluan keluarga kususnya di konsumsi.


Oval: Biji Kelor
 

Oval: Air Jernih
Pengendapan dan Pemisahan
 
Oval: Air yang Di ProsesOval: Air Keruh
Pencampuran dan Pengadukan
 
Oval: Pasta Biji Kelor
Pembuangan Kulit Biji
 












Biji kelor dapat di manfaatakan untuk penjernih air di karenakan mengandung zat koagulan alami yaitu zat aktif rhamnosyloxy-benzil-ishotiocyanate yang mampu mengabsorbsi partikel Lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi,dengan kotoran yang melayang di dalamnya. biji kelor kering dan bubuk memiliki daya simpan yang baik. Jadi harus di buat segera setiap hari sebelum di gunakan.































BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil yang kami dapat, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa:
v     Biji Kelor ( Moringa Oleifera ) dapat di manfaatkan sebagai bahan alternative penjernih air sungai untuk di konsumsi.
v     Biji Kelor ( Moringa Oleifera ) dapat di manfaatkan sebagai bahan alternative penjernih air sungai untuk di konsumsi , dengan cara biji kelor yang sudah kering di tumbuk hingga menjadi serbuk kemudian di tambahkan sedikit air hingga menjadi pasta dan tuangkan ke botol serta di tambah segelas air bersih untuk aktivitasi senyawa kimia, kemudian menyaring larutan tersebut dan mencampur dengn air yang di jernihkan.
v     Biji kelor dapat di gunakan sebagai alternative pengelolaan air sungai karena mengandung koagulan alami yang mampu mengumpalkan kotoran dan zat antimikroba yang mampu mematikan bakteri serta zat aktif rhamnosyloxy-benzil-ishotiocyanate yang mampu mengabsorbsi partikel Lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi dengan partikel kotoran yang melayang di air.

3.2 Saran
v     Sebaiknya masyarakat melakukan penjernihan airsungai dengan cara penambahan zat koagulan alami dari biji kelor.
v     Tanaman kelor dapat di budidayakan tidak hanya di daerak pedesaan, karena memiliki banyan manfaat terutama pada bijinya.
v     Agar pemanfaatan biji kelor untuk koagulan alami dapat di tindak lanjuti oleh pihak yang terkait.